Selasa, 26 Juni 2012

SYIRIK DALAM IBADAH

          Satu hal yang paling berbahaya, yang paling bisa menjadikan seseorang murtad dari agama ini adalah syirik dalam beribadah kepada Allah, yaitu dia beribadah kepada Allah juga beribadah kepada selain-Nya.
Seperti dalam berdo’a, menyembelih, nadzar, istighotsah (minta diselamatkan dari perkara yang sulit dan membinasakan), isti’anah (memohon pertolongan) dalam perkara yang tidak mampu untuk melaksanakannya melainkan hanya Allah, berdo’a kepada mayit, istighotsah kepada kuburan, meminta pertolongan kepada orang yang telah mati, bahkan ada juga istilah-istilah yang sudah ngetrend di sekitar kita seperti “numpang”, atau “permisi” kepada pohon “keramat” atau kuburan ketika melewatinya.
Ini adalah jenis kemurtadan yang paling berbahaya dan paling besar, dan mayoritas orang yang mengaku Islam telah terjatuh padanya. Mereka beranggapan bahwa hal ini dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Allah telah berfirman:
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Alloh, maka pasti Allah mengharamkan baginya surga dan tempatnya ialah neraka.” (QS. al-Maidah: 72)
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendald-Nya. Barang siapa mempersekutukan Alloh, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. an-Nisaa: 48)
Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. an-Nisaa: 116)
Oleh karena itu, kesyirikan adalah jenis kemurtadan yang paling berbahaya, yang paling dimurkai dan tiada ampunan bagi pelakunya.
Kenapa meieka tidak mendekatkan din kepada Allah secara langsung dan meninggalkan tempat-tempat yang menyesatkan itu? Padahal hendaknya mercka mendekatkan diri kepada Allah (secara langsung), karena sesungguhnya Allah itu Maha Dekat dan memenuhi permintaan.
Kenapa mereka mendekatkan diri kepada makhluk-Nya kemudian mereka mengatakan: “Para mahluk itu mendekatkan diri kami kepada Allah.”
Apakah Alloh M itu jauh?! Apakah Allah tidak mengetahui dan tidak mendengar mahluk-Nya?! Tidak melihat apa yang mereka kerjakan?!
Ketahuilah…! Allah yang Maha Mulia dan Maha Tinggi adalah dekat dan memenuhi permintaan.
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Sesungguhnya Allah adalah dekat dan memenuhi permintaan, kenapa kalian pergi dan berdo’a kepada selain Allah?! Kemudian kalian mengatakan: hal ini bisa mendekatkan diri kami kepada Allah (hal ini seperti ucapan orang-orang musyrik yang dikisahkan Allah)
Kami tidak beribadah kepada mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (QS. az -Zumar:3)
Yakni, seolah-olah mereka (orang-orang Musyrik itu) menganggap bahwa Allah tidak mendengar dan mengetahui segala sesuatu, demikianlah syetan dari kalangan jin dan manusia menghiasi hal-hal tersebut untuk mereka dalam keadaan mereka mengaku Islam, bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan hanya Allah.
Mereka sholat dan puasa, akan tetapi mereka mencampuri amalan-amalan mereka dengan syirik besar maka mereka keluar dari agama Islam dalam keadaan mereka sholat, puasa dan haji. Orang yang melihat mereka menyangka bahwa mereka Muslimin, padahal mereka pada hakikatnya bukan Muslim.
Maka sudah sepantasnya bagi Idta semua mengetahui hal ini, bahwa syirik kepada Allah adalah dosa yang paling berbahaya dan paling besar. Bersamaan dengan bahayanya dan jeleknya syirik.
Tanpa terasa, ternyata banyak dari orang-orang yang mengaku Islam telah terjatuh padanya, mereka tidak menamainya sebagai perbuatan syirik, akan tetapi mereka menamainya dengan bertawasul atau meminta syafaat, atau mereka menamainya dengan nama-nama selain syirik.
Akan tetapi nama-nama itu tidak bisa merubah hakekat sesuatu, kalau perbuatan tersebut adalah suatu kesyirikan tetap kita katakan syirik (walaupun mereka menamainya dengan nama selain syirik). Syirik adalah jenis kemurtadan yang paling berbahaya dan paling banyak terjadi. Padahal hukum syirik ini sudah dijelaskan di dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.
Seruan dan peringatan serta ancaman dari perbuatan syirik sangat jelas sekali, tidaklah lewat satu surat di dalam al-Qur’an melainkan di dalamnya memperingatkan ummat ini dari bahaya perbuatan syirik. Dan bersamaan dengan ini mereka sebenaraya membaca al-Qur’an, akan tetapi mereka tidak menjauhi perbuatan syirik dalam kehidupannya.
Mungkin akan datang seseorang dan mengatakan: “Mereka adalah orang-orang bodoh, mereka mendapatkan udzur dengan kebodohan mereka tersebut.”
Maka kita katakan: Sampai kapan dia akan bodoh? Sedangkan al-Qur’an dibacakan, mereka menghapal al-Qur’an dan membacanya. Setiap orang yang telah sampai al-Qur’an kepadanya, maka sungguh telah tegak hujjah atasnya dan tidak ada udzur baginya.
Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisaa’: 116)
Ayat ini menunjukkan bahwa syirik adalah dosa yang paling besar, dimana Allah tidak akan mengampuni pelakunya, jika ia tidak bertaubat dari hal tersebut Firman-Nya: “Dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik).” (QS. An-Nisaa’: 48)
Dosa selain syirik seperti zina, minum khamar, mencuri, makan riba, dan lain-lain ini semua dosa-dosa selain dari syirik. Dosa-dosa ini di bawah kehendak Allah, pelakunya adalah pelaku dosa besar, dan mereka adalah orang-orang fasik, akan tetapi mereka tidak terjatuh dalam perbuatan syirik, hanya saja mereka terjatuh dalam dosa-dosa besar dan hal ini mengurangi keimanan mereka dan mereka dihukumi dengan kefasikan.
Seandainya mereka mati dan belum bertaubat maka mereka di bawah kehendak Allah. Jika Allah berkehendak maka Allah akan mengampuni mereka dengan tauhid yang ada pada mereka, dan jika Allah berkehendak maka Allah akan mengadzab mereka disebabkan dosa-dosa mereka, kemudian tempat kembali mereka adalah jannah (Surga) disebabkan tauhid yang ada pada mereka. Ini adalah tempat kembali para pelaku dosa besar selain syirik.
Syirik adalah dosa yang paling besar. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah. Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya jannah dan tempat kembalinya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzallim seorang penolong pun.” (QS. al-Maidah:72)
Ini adalah akibat di akhirat, yaitu diharamkan atasnya jannah, yakni dia terhalang untuk masuk jannah selama-lamanya. Apabila dia tidak termasuk penduduk jannah, kemana dia akan pergi? Apakah dia menjadi sesuatu yang tidak ada?! Tidak!
Tempat kembalinya adalah neraka yang dia kekal di dalamnya. Allah berfirman: “Tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun.” (Al Maidah: 72)
Yang dimaksud orang-orang dzalim adalah orang-orang musyrik. Karena syirik adalah kedzaliman, bahkan dia merupakan kedzaliman yang paling besar.
“Tidak ada bagi mereka (penolong)”, yaitu tidak ada seorang pun yang mampu mengeluarkan mereka dari neraka atau memberi syafa’at untuk mereka di sisi Allah, sebagaimana halnya pelaku dosa besar diberi syafa’at dan mereka bisa keluar dari neraka dengan syafa’at. Adapun orang-orang musyrik (maka) tidaklah bermanfaat bagi mereka syafa’at orang-orang yang memberi syafa’at.
“Dan tidak ada bagi orang-orang yang dzallim.” Yaitu orang-orang Musyrik “Teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya.” (QS. al-Mukminin: 18)
Seorang Musyrik tidaklah diterima syafa’at padanya kita berlindung kepada Allah – “Dan tempatnya adalah neraka” dan itulah sejelek-jelek tempat tinggal, tidak ada tempat tinggal baginya selain neraka selama-lamanya.
Maka dosa yang demikian bahayanya dan sangat buruk akibatnya, apakah boleh pura-pura bodoh dan tidak mengetahuinya serta kita tidak memperingatkan darinya?! Dan apabila dikatakan: “Biarkanlah manusia, biarkan para penyembab kubur, para penyembah kubah-kubah, biarkan orang-orang yang ada perkara-perkara kemurtadan padanya selama dia masih mengaku Islam, berarti ia seorang Muslim dan hadapilah orang-orang atheis.”
Maka kita katakan, “Mereka (orang-orang musyrik) lebih berbahaya daripada orang-orang atheis.”
Termasuk contoh dari perbuatan syirik adalah menyembelih untuk selain Allah, seperti menyembelih untuk jin dan kuburan.
Kita menyebutkan contoh ini karena kasus ini banyak terjadi dan manusia menganggap enteng hal tersebut, mereka menyembelih untuk selain Allah, mereka menyembelih untuk jin dalam rangka menjaga diri dari keburukan yang akan menimpa mereka, juga dalam rangka berobat dan penyembuhan.
Kebanyakan manusia menganggap enteng masalah ini, dan ini banyak terjadi, padahal ini adalah syirik besar yang bisa mengeluarkan pelakunya dari agamanya, dan ini bukan perkara yang mudah. Syetan akan berkata kepadanya:
“Sembelihlah seekor anak domba, sembelihlah seekor ayam,” Padahal orang yang menyembelih seekor lalat saja (untuk selain Allah) bisa masuk neraka, karena yang dilihat bukanlah yang disembelih, tetapi yang dilihatnya adalah aqidah (keyakinan) nya.
Manusia terlalu menganggap sepele dalam hal ini dalam hal ini, hanya sekedar ingin ditunaikan kebutuhannya, atau agar syetan memberitahunya sesuatu yang tersembunyi, atau memberitahu tentang harta yang hilang, atau yang selainnya dari perkara-perkara yang manusia bertanya kepada jin tentangnya.
Maka dengan hal itu, ia keluar dari agamanya kita berlindung kepada Allah – ia murtad dalam perkara yang ia anggap mudah, padahal perkara tersebut sangat berbahaya sekali.

Kamis, 21 Juni 2012

CARA BERSYUKUR KEPADA ALLAH SWT




Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa cara bersyukur kepada ALLAH SWT ada 4 :

1. Syukur dengan dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah dan kemurahan ALLAH.
ALLAH SWT berfirman, artinya :

Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari ALLAH. (QS. An-Nahl: 53)

Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapa pun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan da kasih sayang ALLAH sehingga terucap kalimat tsana’ (pujian) kepada-NYA.

2. Syukur dengan Lisan

Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari ALLAH, spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi ALLAH). Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap memuji ALLAH. Sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut hanyalah perantara yang ALLAH kehendaki untuk “menyampaikan” nikmat itu kepadanya.

Al pada kalimat Alhamdulillah berfungsi sebagi istighraq, yang mengandung arti keseluruhan. Sehingga kata alhamdulillah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah ALLAH SWT, bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-NYA.

Oleh karena itu, kita harus mengembalikan segala pujian kepada ALLAH. Pada saat kita memuji seseorang karena kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan kepada ALLAH SWT. Sebab, ALLAH adalah Pemilik Segala Kebaikan.

3. Syukur dengan Perbuatan

Syukur dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-NYA. Misalnya untuk beribadah kepada ALLAH, membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya. Nikmat ALLAH harus kita pergunakan secara proporsional dan tidak berlebihan untuk berbuat kebaikan.

Rasulullah saw menjelaskan bahwa ALLAH sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-NYA itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah saw bersabda,

"Sesungguhnya ALLAH senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-NYA pada hamba-NYA". (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr)

Maksud dari hadits di atas adalah bahwa ALLAH menyukai hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya. Misalnya, orang yang kaya hendaknya menampakkan hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu menampakkan ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat dsb. Maksud menampakkan di sini bukanlah pamer, namun sebagai wujud syukur yang didasaari karena-NYA. ALLAH SWT berfirman,artinya :

"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)". (QS. Adh-Dhuha: 11)

4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan

Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan. Misalnya, ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit.

Demikian pula dengan halnya dengan nikmat iman dan Islam. Kita wajib menjaganya dari “kepunahan” yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan dan lemahnya iman. Untuk itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan sholat, membaca Al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir dan berdoa. Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak iman seperti munafik, ingkar dan kemungkaran. Intinya setiap nikmat yang ALLAH berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya.

ALLAH SWT menjanjikan akan menambah nikmat jika kita pandai bersyukur, seperti pada firmannya berikut ini,

"(Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU), sungguh adzab-KU sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Doa mohon dijadikan hamba yang bersyukur....
"Rabbi aw zi’niy an asykura ni’matakallatiy an’amta ‘alayya wa’alaa waalidayya wa an a’mala shaalihan tardhaahu wa adkhilniy birahmatika fiy ‘ibadikashshaalihiin..”

“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (Q.S. An-Naml : 19)

Bekal Kehidupan


Dalam sebuah hadith, Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghifari :

"Wahai Abu Dzar,
1. Perbaharuilah perahumu, kerana lautan itu sangat dalam;
2. Carilah bekalan yang lengkap, karena perjalanan itu sangat jauh;
3. Kurangilah beban, kerana rintangan itu amatlah sukar diatasi; dan
4. Ikhlaslah dalam beramal, kerana yang menilai baik dan buruk adalah Dzat Yang Maha Melihat."
(1)Perbaharui perahumu maksudnya perbaikilah niatmu dalam setiap amalan agar engkau memperoleh pahala dan selamat dari siksa Allah s.w.t. Hanya dengan Niat yang ikhlas dapat menghubung setiap perbuatan kita kepada keredhaan Allah. Diserupakannya akhirat dengan lautan yang dalam, perjalanan yang jauh, dan rintangan yang amat sulit untuk diatasi, kerana banyaknya kesulitan dan rintangan yang mesti dilewati untuk sampai kepada kebahagiaan akhirat.
(2) Bekalan adalah Amal yang soleh, kerana tiada apapun yang diadakan di dunia ini yang mendatangkan manfaat ( sebagai bekal ) kelak di akhirat, selain perbuatan yang tidak melanggar hak orang lain dan bertujuan hanya kepada Allah s.w.t. semata-mata.
(3) Kurangilah beban, yang bermaksud janganlah mengambil dunia dengan sebanyaknya. Semua hal tentang dunia itu tidak bermanfaat bagimu ( kita ), kecuali hanya akan menjadi beban diakhirat kelak, kerana semua itu akan ditanya (a) dari mana?; (b) bagaimana?; (c) untuk apa?. Ibaratnya, sebiji paku yang kita miliki, kelak akan diminta pertanggung jawaban kita dari mana paku itu kita dapat, bagaimana paku itu kita dapatkan, dan untuk apa paku itu kita pergunakan. Dan itu bererti, semakin banyak kita mengumpul dunia, semakin banyak pula pertanggung jawaban yang harus kita tanggung kelak.
(4) Ikhlas dlam melakukan segala sesuatu . Ikhlas pokok segala amalan
 

Sabtu, 02 Juni 2012

BERANI MENCOBA


                                               
                                                       
Ada seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang
sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak
paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?" "Ha?," kata jam
terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?" "Delapan puluh
ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping
seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?" "Dalam satu jam
harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam
ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada
si jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali
setiap detik?" "Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam
dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali
setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu
dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu
tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti
ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :

Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan
yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah
menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita
anggap impossible untuk dilakukan sekalipun.

Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya.