Jumat, 28 September 2012

Menjaga Persatuan

Allah SWT memerintahkan kaum Muslimin untuk bersatu menjadi umat yang kuat secara akidah dan berhubungan kemanusiaan atas dasar saling tolong menolong, bekerjasama dalam kebajikan dan menjauhkan diri dari meninggalkan agama Allah (QS. Ali Imran: 103).

Persatuan tersebut didasari oleh sikap persaudaraan dan saling mencintai sesama muslim. "Sungguh, orang-orang mukmin itu bersaudara." (QS. Al-Hujurat: 10).

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Kamu sekalian tidak akan masuk surga, sehingga (kamu) beriman, dan kamu sekalian tidak beriman hingga saling mencintai." (HR. Muslim).

Atas dasar pemikiran tersebut, Allah SWT menetapkan beberapa syariat yang menjadi wahana kaum Muslimin bersatu dan bekerjasama, semisal kewajiban shalat Jumat, ibadah haji, dua shalat sunah hari raya dan sunahnya shalat berjamaah.

Hal tersebut antara lain karena di dalam persatuan terdapat kekuatan dan kemuliaan. Sedangkan di dalam perpecahan dan persengketaan tersimpan kerapuhan dan kehinaan. Melalui kemuliaan, kebenaran akan menempati posisi tinggi di dunia dan melalui kekuatan, kebenaran akan terjaga dari ancaman para perusak dan tipu daya para penipu.

Allah SWT juga mencintai orang-orang beriman yang berjuang di jalan-Nya dalam satu kesatuan barisan, satu pemikiran dan ketetapan hati yang sama, di mana jiwa mereka tidak terkena perselisihan dan barisan mereka tidak tersentuh oleh benturan (QS. As-Shaff: 4).

Rasulullah SAW sendiri sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bersabda, "Orang beriman, yang satu dengan lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan satu sama lain."

Dalam riwayat lain, "Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam sikap saling mencintai, lemah lembut dan kasih sayangnya bagaikan satu anggota badan, apabila satu dari anggotanya menderita sakit, maka anggota yang lain merasakan (pula) sakit dan demam." (HR. Bukhari-Muslim)

Sedemikian pentingnya menjaga persatuan, Rasulullah SAW telah memperingatkan kaum Muslimin akan bahaya perpecahan dan perselisihan serta menjelaskan akibat dari keduanya, yang berupa kerusakan dan kehancuran. "Janganlah kalian berselisih, karena orang-orang yang berselisih sebelum kamu nyata-nyata telah mengalami kehancuran."

Di lain pihak, Alah SWT mewajibkan kaum Muslimin untuk segera mencari jalan keluar jika terdapat perselisihan di antara mereka agar keburukan yang terdapat di dalamnya tidak tersebar luas. Allah SWT berfirman, "Dan apabila dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah di antara keduanya." (QS. Al-Hujurat: 9).

Dalam konteks tersebut, Allah SWT mengisyaratkan agar kaum Muslimin menjadikan takwa sebagai pegangan utama, sehingga rahmat Allah sampai kepada mereka, karena mereka adalah orang-orang yang gemar berbuat kebajikan (QS. Al-Hujurat: 10).

Kaum Muslimin tidak boleh membiarkan saudaranya berada dalam perselisihan, karena sebagai orang yang beriman tidak akan sempurna keimanannya kecuali ia dapat mencintai saudara seimannya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.

Membiarkan perselisihan tanpa upaya menyelesaikannya akan menghasilkan keburukan dan akibat yang fatal  bukan saja bagi mereka yang berselisih, melainkan juga bagi seluruh umat Islam.

Orang-orang beriman juga tidak boleh menyepelekan perkara yang tampak sederhana dan tidak penting dalam pandangan mereka, karena peperangan dimulai dengan kata-kata dan besarnya api bermula dari percikan kecil.

Demikianlah pentingnya memelihara persatuan dan kesatuan sehingga ia harus menjadi perhatian bersama kaum Muslimin sebab merupakan salah satu kewajiban di antara berbagai kewajiban lainnya. Wallahu a'lam

Tanda-Tanda Husnul Khatimah

Setiap yang bernyawa pasti akan tiba ajalnya (QS Ali-Imran [3]:185). Hanya saja waktu dan lokasinya adalah sebuah misteri. Manusia tidak dapat mengetahui dan menetapkan jadwal kematian, karena ini adalah rencana dari Allah SWT.

Kematian pula bukanlah kejadian biasa, tapi ia adalah peristiwa besar yang menyakitkan yang ditandai dengan terputusnya hubungan antara roh dan jasad, perubahan situasi dan adanya peralihan dari suatu alam ke alam lain.

Kematian berlaku dengan fenomena yang beraneka ragam, secara umum dapat dibagi kepada dua keadaan. Pertama, meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah (akhir hayat yang bagus).

Dan kedua, meninggal dunia dalam keadaan suul khatimah (akhir hayat yang buruk). Keadaan yang pertama menunjukkan suatu gambaran bahwa nasib yang akan dialami oleh si mayat setelah kematiannya akan bahagia.

Sebaliknya, keadaan yang kedua menggambarkan keburukan yang bakal dialaminya. Bagi orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah mempunyai tanda-tanda tertentu yang sepatutnya diketahui oleh setiap individu, terutama kalangan umat Islam.

Tanda-tanda tersebut, di antaranya sebagai berikut. Pertama, mengucapkan kalimat tauhid (syahadah). Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang di akhir hayatnya mengucapkan la ilaha illallah (tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah, kecuali Allah SWT), maka ia masuk surga.” (HR Abu Dawud).

Kedua, dahi atau keningnya berkeringat. Sebuah riwayat dari Buraidah bin Hashib RA, dia berada di Khurasan. Lalu, saudaranya kembali kepadanya dalam keadaan sakit sehingga ia sempat menyaksikan kematiannya.

Saat saudaranya meninggal dunia, ia melihat keringat keluar dari dahinya, dan berkata, “Allahu Akbar”. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Meninggalnya seorang Mukmin ditandai dengan keringat di dahinya.” (HR Tirmizi, Nasa’i, dan Ibn Majah).

Ketiga, meninggal dunia pada malam Jumat atau siang harinya. Tanda ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Umar RA. Dia mendengar bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim meninggal dunia pada hari Jumat atau malamnya, melainkan Allah akan melindunginya dari fitnah siksa kubur.” (HR Tirmizi).

Keempat, mati syahid. Ada lima macam mati syahid yang disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW, yakni disebabkan wabah (al-math’un), sakit perut ( al-mabthun), karam atau tenggelam (al-ghariq), tertimpa tanah runtuh (shahibul hadm), dan syahid dalam perang di jalan Allah. (HR Bukhari dan Muslim).

Itulah di antara tanda-tanda meninggal dunia secara husnul khatimah yang disebutkan oleh nabi dan rasul panutan kita, Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan kelak kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah (akhir yang baik), yakni golongan yang memperoleh hakikat kebahagiaan dan kemuliaan di sisi Allah SWT. Wallahu al-Musta’an.

Sabtu, 01 September 2012

Dalam Kitab Shahih Muslim. Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda :

"Allah Ta'ala berseru pada hari Kiamat: 'Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku, pada hari ini Aku akan menaungi mereka di bawah naungan-Ku

pada hari yang tiada naungan, kecuali hanya naungan-Ku'." (HR. Muslim)

Dalam sebuah hadist shahih lainnya disebutkan bahwa di antara tujuh macam orang yang mendapat naungan dari Allah pada hari tiada naungan kecuali hanya naungan-Nya ialah:

"Dan orang lelaki yang saling mencintai karena Allah, mereka bertemu karena Allah, dan berpisah karena Allah pula." (HR. Bukhari)