Minggu, 02 Desember 2012

4 Karakter Mukmin Sejati,  Belajar dari Pohon !!!

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap saat (pagi dan petang) dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.(Ibrahim: 24-25)
Setiap orang pasti senang dan terhibur melihat indahnya pemandangan pohon. Suka berteduh di bawahnya. Menikmati buah lezatnya. Memanfaatkan oksigen yang dihasilkannya, dan pohon menyerap karbon dioksida yang kita keluarkan. Bahkan memanfaatkan setiap helai daun, serabut akarnya dan kayunya untuk berbagai macam kepentingan. Dan pohon adalah paru-paru dunia. Itulah perumpamaan seorang muslim.
Di dalam Al-Quran atau hadits, banyak perumpamaan (matsal) untuk mendekatkan pemahaman terhadap sesuatu yang logis abstrak (ma’qul) dengan sesuatu yang bisa diindra (mahsus). Seperti halnya ayat di atas yang mengumpamakan seorang mukmin dengan pohon.
Tentang “kalimat” dalam ayat itu, para ahli tafsir memiliki dua penafsiran; sebagian menyatakan bahwa yang dimaksud adalah keimanan di dalam dada dan sebagian lagi menyatakan sebagai orang mukmin itu sendiri. Kedua pendapat ini sebenarnya bisa dikompromikan yakni seorang mukmin dengan keimanannya ibarat sebuah pohon dengan sifat-sifat yang disebutkan setelahnya. Tentang pohon yang menjadi perumpamaan, sebagian ulama menyebutnya sebagai pohon kurma. Sebagian lagi menyatakan pohon sempurna itu hanya ada di surga.
Allah mengumpamakan seorang mukmin dengan keimanannya ibarat pohon dengan empat sifat; pohon yang baik, akarnya kuat menghunjam ke dalam tanah, batang dan dahannya menjulang tinggi ke langit, yang memberikan buahnya setiap saat tak kenal musim. Semua itu terjadi dengan izin Allah. Perumpamaan ini dibuat oleh Allah agar manusia mengambil pelajaran.
Imam Fakrur Razi dalam buku tafsirnya menjelaskan bahwa seorang mukmin memiliki empat karakter mendasar seperti karakter yang dimiliki pohon. Masing-masing sifat pohon itu memiliki padanan sifat (karakter) yang harus dimiliki oleh seorang mukmin.
1. Pohon Yang Baik (Thayyib)
kalimat yang baik seperti pohon yang baik
Pohon itu disebut “thayyib” apabila memiliki empat sifat mendasar;
Pertama, bentuk luar, dari akar hingga pucuk daunnya indah dipandang. Ia layak menjadi pemandangan indah untuk “cuci mata”. Maknanya, secara fisik penampilan seorang mukmin harus indah dan bersih. Wajah dan senyumnya harus menyenangkan orang lain.
Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam, “Allah juga Maha Indah dan mencintai keindahan.” (HR. Muslim)
Bahkan kebersihan dan kesucian badan, tempat dan pakaian dari najis menjadi prasyarat sahnya setiap ibadah kepada Allah. Dalam momen tertentu seperti Jumat dan shalat hari raya, seorang mukmin dianjurkan untuk mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya. Seorang mukmin dianjurkan senantiasa menjaga sunanul fitrah (memotong kuku, memotong kumis, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan dan rambutnya).  Untuk tampil indah, tentu tidak mesti ganteng dan cantik , menor atau mengenakan aksesori yang berlebihan. Sebab Allah sekali-kali tidak melihat tampilan fisik seseorang. Allah menilai seseorang dari takwanya. Sederhana namun tetap kelihatan bersih dan pantas tentu lebih baik.
Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam bersabda, “Senyummu di wajah saudaranya adalah sedekah” (HR. Tirmidzi)
Seorang mukmin tidak perlu menampakkan kemurungannya kepada orang lain. Sebaliknya, ia harus menampakkan wajah sumringahnya.
Kedua, pohon memiliki aroma yang sedap bahkan wangi, semisal kayu gaharu atau pohon yang menghasilkan bungah dan dedauan yang wangi. Maknanya, seorang mukmin juga harus menjaga aroma tubuhnya agar tetap wangi, atau minimal tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Seorang mukmin harus memperhatikan bau mulut dan tubuhnya jangan sampai mengganggu orang disekitarnya. Seorng mukmin harus mampu membuat orang di sekitarnya merasa nyaman.
Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam bersabda, “Aku dikaruniai rasa cinta dari dunia kalian yakni kepada wanitanya dan minyak wanginya. Dan dijadikan penyejuk hatiku ketika dalam shalat. (HR. Baihaqi)
Karenanya, Rasulullah melarang seseorang makan bawang kemudian datang ke masjid. Sebab, efek makanan itu akan berimbas kepada aroma tubuh dan mulutnya. Bukan hanya karena ia akan menghadap kepada Allah, namun hal itu juga dikhawatirkan akan mengganggu kekhusuan jamaah lainnya di masjid.
Ketiga, pohon itu memiliki buah yang harum dan lezat rasanya. Maknanya, seorang mukmin harus senantiasa menjaga lisannya. Kata-kata yang diucapkan harus senantiasa menentramkan, menenangkan, menghibur. Jika tidak, hendaklah dia diam. Jangan sampai lisannya mengeluarkan kata-kata yang menyakiti dan menusuk hati orang lain, apalagi kata-kata gombal (bohong) dan gunjingan dan namimah. Konsekswensi keimanan mengharuskan seseorang berkata baik, jika tidak bisa maka dia harus diam.
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari )
Lisan adalah juru bicara hati. Maka untuk menjaga hati, otomatis harus menjaga lisannya.
Keempat,  pohon, baik dari akar, batang dan dedaunannya memiliki manfaat dan khasiat bagi lingkungan sekitarnya baik untuk obat-obatan atau lainnya. Maknanya, keberadaan seorang mukmin harus memberikan manfaat kepada orang lain. Seorang mukmin harus menjadi solusi dan jawaban atas sebuah masalah bukan menciptakan masalah.
“Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat di antara manusia. Amal yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan dan menghibur orang muslim.” (HR. Baihaqi )
2. Pohon Yang Memiliki Akar Yang Kuat
akarnya teguh
Semakin kuat akar sebuah pohon maka manfaatnya akan semakin banyak. Akar yang kuat membuktikan kesuburan pohon tersebut dan akan bisa bertahan lebih lama. Maknanya, seorang mukmin harus memiliki akidah, prinsip, pendirian dan mental kuat yang “tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan”. Seorang mukmin senantiasa harus bisa menjaga imannya, memperbaruinya dan menghiasi hati dengan keimanan itu. Sebab, meski dia seorang mukmin, tetap saja tidak keluar dari dimensi kemanusiannya. Ia memiliki keterbatasan kekuatan fisik dan akal. Suatu saat akan mengalami kelesuan. Sehingga ia perlu memperbaruinya. Iman ibarat pakaian yang selalu dikenakan, pasti akan mengalami lecek dan kusam sehingga perlu dibersihkan.
“Allah menciptakan keimanan laksana pakaian. Karenanya, mintalah kepada Allah agar memperbarui keimanan kalian.” (HR. Disahihkan oleh Al-Albani)  
“Iman itu bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketataan dan berkurang dengan kemaksiatan.”(HR. Muslim)
3. Pohon Yang Memiliki Dahan dan Ranting Kuat dan Tinggi
dan cabangnya (menjulang) ke langit,
Batang dan dahan yang kuat dan tinggi sebuah pohon dihasilkan oleh akarnya yang kuat. Sebuah pohon tanpak sempurna jika ia memiliki batang dan dahan kuat menjulang ke langit. Keduanya saling terkait. Semakin tinggi dan kuat sebuah pohon maka akan semakin rindang dedaunannya dan akan memberikan manfaat oksigen bagi manusia. Orang juga akan semakin merasa nyaman berteduh di bawahnya.
Maknanya, ruhiah (hubungan spiritualnya dengan Allah) mukmin dan akhlaknya sesama manusia harus tinggi dan kuat. Setinggi dan sekuat sebuah pohon. Semakin tinggi ruhiyah seorang mukmin maka orang lain akan semakin nyaman dengannya. Sama halnya sebuah bangunan rumah, semakin tinggi atapnya maka semakin adem orang yang tinggal di dalamnya.
Selain itu, ini filosofi ini juga bermakna, maka seorang mukmin harus bugar dan kuat secara fisik. Sebab dengan kesehatan dan kekuatan fisik saja, perintah-perintah Allah bisa dilaksanakan secara sempurna.
“Orang mukmin yang kuat lebih baik daripada orang mukmin yang lemah.” (HR. Muslim
4. Pohon Yang Memberikan Buahnya Tak Kenal Musim
“Pohon itu memberikan buahnya pada setiap saat (pagi dan petang) dengan seizin Tuhannya”
Ini sifat penyempurna dari sifat-sifat sebelumnya. Dengan keindahan, akar kuat, dahan tinggi, sebuah pohon belum bermanfaat secara sempurna kalau dia tidak berbuah. Atau berbuah namun hanya sekali sepanjang usianya. Atau hanya berbuah secara musiman. Pohon akan semakin sempurna bila berbuah sepanjang tahun dan tak kenal musim. Bahkan kadang-kadang dilempari orang, pohon itu tetap akan membalasnya dengan buah-buahan.
Maknanya, seorang mukmin itu harus beramal yang bermanfaat untuk dirinya, keluarga dan orang lain secara berkesinambungan dan istiqamah. Dilakukan dalam kondisi apapun. Inilah simpul ajaran Islam. Amal salih tidak bermakna jika hanya dilakukan sekali atau hanya dilakukan karena trend.
Istiqamah inilah yang menyebabkan Rasulullah saw beruban.
“Surat Hud (yang ada perintah istiqomah “istiqamahlah terhadap apa yang aku perintahkan” (Hud: 112) telah membuatku beruban.” (HR. Tirmidzi )
Karenanya, salah satu sifat orang bertakwa ada berinfak dalam kondisi leluasa (berpunya) atau dalam keadaan kekurangan sesuai dengan kadar kemampuannya.
“Yakni orang yang berinfak dalam keadaan leluasa dan sempit.” (Ali Imran: 134)
Jika ingin istiqamah, seseorang harus memiliki energi kesabaran di atas rata-rata. Hanya dengan kesabaran dan istiqamah itulah seseorang akan bisa menyudahi tugasnya dengan happy ending atau lebih tepatnya husnul khatimah.
Semuanya Dengan Izin Allah
“Dengan izin Allah”
Kebaikan, manfaat dan amal salih seseorang hanya bisa terwujud dengan taufiq, hidayah dan izin Allah. Seseorang tak layak membusungkan dada dan berkacak pinggang saat mampu menorehkan prestasi kebaikan. Sebab pada dasarnya ia tidak memiliki daya apa-apa kecuali dari Allah.
“Tidaklah aku menginginkan kecuali perbaikan dan aku tidak akan mendapatkan taufiq kecuali dari Allah.” (Hud: 88)
Karenanya, seorang mukmin harus meminta hidayah taufiq kepada Allah setiap hari 17 kali dalam setiap rakaat shalatnya. Para ulama tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam ayat, “Tunjukkanlah kami ke dalam jalan lurus” (Al-Fatihah: 6) adalah hidayah taufiq yakni seseorang diberi Allah persetujuan, izin dan kemampuan melakukan kebajikan.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
Lantas maukah hati dan fikiran kita terbuka merenungi perumpaan ini? Maukah mengevaluasi seberapa jauh kesesuaian kita dengan sifat-sifat tersebut?

Kamis, 18 Oktober 2012

Hakekat Ikhlas

Hakekat ikhlas hanya ALLAH yg tahu, "Sirry min asroory" rahasia diantara rahasia2Ku (Hadis Qudsi). Diantara tanda2nya, 
1. Istiqomah, terus menerus beramal ibadah ada org atau tdk org, dipuji atau dihina,
 2. Tdk geer krn pujian, tdk sakit hati krn hinaan, 
3. Pantang berkeluh kesah krn semuanya diputuskan Allah dg rahmat, ilmu & kebijakkanNya sehingga tampak muka yg selalu senyum ceria, 
4. Baik sangka dg selalu memuji Allah atas segala hal terjadi,
5. "Qonaah" puas bukan hanya dg ni'mat2 Allah tetapi atas segala keputusan Allah,
6. "Attawadu'" rendah hati,
7. "Assyahiyyu" belas kasih dg kedermawan,
8. Semangatnya hanya pada yg halal,
9. Oreintasi hidupnya akhirat,
10. Memaafkan dg mendoakan yg menyakitinya,
11. Kalaupun dipuji ia balas dg doa, "Ya Allah ampuni hamba dari apa yg dia tdk ketahui, jangan Kau hukum hamba krn pujiannya & jadikan pujiannya lebih baik dari apa yg ia duga",
12. Sibuknya asyik muhasabah diri sama sekali tdk tertarik mencari aib org lain,
13. Hobbynya berbuat baik,
14. Wiridnya, istigfar, sholawat, "Rhodhitu billaahi Robba wa bilislaami diina wa bi Muhammadin Nabiyya wa Rasuula",
15. Tenggelam dalam kelezatan taat,
16. Cinta dg sunnah Rasulullah ,
 17, Kuat tawakkalnya,
18. Rindunya pd Allah membuat ia mudah menangis, SubhanAllah. "Allahumma ya Allah, jadikanlah kami hamba2 yg Kau ikhlaskan, berilah rizki teragung dg sifat ikhlas di hati, pikiran, lisan & amal hamba, sucikan diri hamba dari sombong, riya, ujub & semua penyakit hati...aamiin".

kriteria istri sholehah

Sahabatku inilah diantara kriteria istri sholehah, 
1. Sgt damai hidup bersamanya krn ketaatannya kpd Allah (QS 4:34),
 2. Kalau ditatap selalu menyenangkan,
3. Tdk membantah jika diperintah suaminya dalam kebaikan & Syariat Allah, 
4. Pandai menjaga kehormatan & harta suaminya, Rasulullah bersabda, "Sebaik2 istri sholehah adalah jika ditatap menyenangkan, bila diperintah taat, & jika suaminya pergi

pandai menjaga kehormatan & harta suaminya" (HR Abu Daud), 
5. Mulia sekali krn terjaga kehormatan & tertutup auratnya (QS 33:59)
6. Bukan hanya sabar bahkan rela berkorban u suaminya, 
7. "Gholimah" pandai merawat tubuhnya & sangat aktif melayani suaminya, 
8. Bersyukur atas ni'mat Allah dg terus membangkitkan semangat suami & tdk menuntut diluar batas kemampuan suaminya, 
9. Menyayangi & menghormati klrg suaminya, 
10. Tdk keluar rumah tanpa seizin suaminya, 
11. Menyertakan suaminya dalam doanya, terutama dipenghujung malam, 
12. Penuh perhatian saat suami bicara disertai tatapan cinta, 
13. Hadiah kecil tetapi sgt membahagiakan suami, ta'kala istri menciumnya disertai bisikan, "Adek bangga menjadi istrimu, kak", SubhanAllah indaaaaaaaaah sahabatku, makasih ya Allah.

Jumat, 28 September 2012

Menjaga Persatuan

Allah SWT memerintahkan kaum Muslimin untuk bersatu menjadi umat yang kuat secara akidah dan berhubungan kemanusiaan atas dasar saling tolong menolong, bekerjasama dalam kebajikan dan menjauhkan diri dari meninggalkan agama Allah (QS. Ali Imran: 103).

Persatuan tersebut didasari oleh sikap persaudaraan dan saling mencintai sesama muslim. "Sungguh, orang-orang mukmin itu bersaudara." (QS. Al-Hujurat: 10).

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Kamu sekalian tidak akan masuk surga, sehingga (kamu) beriman, dan kamu sekalian tidak beriman hingga saling mencintai." (HR. Muslim).

Atas dasar pemikiran tersebut, Allah SWT menetapkan beberapa syariat yang menjadi wahana kaum Muslimin bersatu dan bekerjasama, semisal kewajiban shalat Jumat, ibadah haji, dua shalat sunah hari raya dan sunahnya shalat berjamaah.

Hal tersebut antara lain karena di dalam persatuan terdapat kekuatan dan kemuliaan. Sedangkan di dalam perpecahan dan persengketaan tersimpan kerapuhan dan kehinaan. Melalui kemuliaan, kebenaran akan menempati posisi tinggi di dunia dan melalui kekuatan, kebenaran akan terjaga dari ancaman para perusak dan tipu daya para penipu.

Allah SWT juga mencintai orang-orang beriman yang berjuang di jalan-Nya dalam satu kesatuan barisan, satu pemikiran dan ketetapan hati yang sama, di mana jiwa mereka tidak terkena perselisihan dan barisan mereka tidak tersentuh oleh benturan (QS. As-Shaff: 4).

Rasulullah SAW sendiri sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bersabda, "Orang beriman, yang satu dengan lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan satu sama lain."

Dalam riwayat lain, "Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam sikap saling mencintai, lemah lembut dan kasih sayangnya bagaikan satu anggota badan, apabila satu dari anggotanya menderita sakit, maka anggota yang lain merasakan (pula) sakit dan demam." (HR. Bukhari-Muslim)

Sedemikian pentingnya menjaga persatuan, Rasulullah SAW telah memperingatkan kaum Muslimin akan bahaya perpecahan dan perselisihan serta menjelaskan akibat dari keduanya, yang berupa kerusakan dan kehancuran. "Janganlah kalian berselisih, karena orang-orang yang berselisih sebelum kamu nyata-nyata telah mengalami kehancuran."

Di lain pihak, Alah SWT mewajibkan kaum Muslimin untuk segera mencari jalan keluar jika terdapat perselisihan di antara mereka agar keburukan yang terdapat di dalamnya tidak tersebar luas. Allah SWT berfirman, "Dan apabila dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah di antara keduanya." (QS. Al-Hujurat: 9).

Dalam konteks tersebut, Allah SWT mengisyaratkan agar kaum Muslimin menjadikan takwa sebagai pegangan utama, sehingga rahmat Allah sampai kepada mereka, karena mereka adalah orang-orang yang gemar berbuat kebajikan (QS. Al-Hujurat: 10).

Kaum Muslimin tidak boleh membiarkan saudaranya berada dalam perselisihan, karena sebagai orang yang beriman tidak akan sempurna keimanannya kecuali ia dapat mencintai saudara seimannya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.

Membiarkan perselisihan tanpa upaya menyelesaikannya akan menghasilkan keburukan dan akibat yang fatal  bukan saja bagi mereka yang berselisih, melainkan juga bagi seluruh umat Islam.

Orang-orang beriman juga tidak boleh menyepelekan perkara yang tampak sederhana dan tidak penting dalam pandangan mereka, karena peperangan dimulai dengan kata-kata dan besarnya api bermula dari percikan kecil.

Demikianlah pentingnya memelihara persatuan dan kesatuan sehingga ia harus menjadi perhatian bersama kaum Muslimin sebab merupakan salah satu kewajiban di antara berbagai kewajiban lainnya. Wallahu a'lam

Tanda-Tanda Husnul Khatimah

Setiap yang bernyawa pasti akan tiba ajalnya (QS Ali-Imran [3]:185). Hanya saja waktu dan lokasinya adalah sebuah misteri. Manusia tidak dapat mengetahui dan menetapkan jadwal kematian, karena ini adalah rencana dari Allah SWT.

Kematian pula bukanlah kejadian biasa, tapi ia adalah peristiwa besar yang menyakitkan yang ditandai dengan terputusnya hubungan antara roh dan jasad, perubahan situasi dan adanya peralihan dari suatu alam ke alam lain.

Kematian berlaku dengan fenomena yang beraneka ragam, secara umum dapat dibagi kepada dua keadaan. Pertama, meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah (akhir hayat yang bagus).

Dan kedua, meninggal dunia dalam keadaan suul khatimah (akhir hayat yang buruk). Keadaan yang pertama menunjukkan suatu gambaran bahwa nasib yang akan dialami oleh si mayat setelah kematiannya akan bahagia.

Sebaliknya, keadaan yang kedua menggambarkan keburukan yang bakal dialaminya. Bagi orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah mempunyai tanda-tanda tertentu yang sepatutnya diketahui oleh setiap individu, terutama kalangan umat Islam.

Tanda-tanda tersebut, di antaranya sebagai berikut. Pertama, mengucapkan kalimat tauhid (syahadah). Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang di akhir hayatnya mengucapkan la ilaha illallah (tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah, kecuali Allah SWT), maka ia masuk surga.” (HR Abu Dawud).

Kedua, dahi atau keningnya berkeringat. Sebuah riwayat dari Buraidah bin Hashib RA, dia berada di Khurasan. Lalu, saudaranya kembali kepadanya dalam keadaan sakit sehingga ia sempat menyaksikan kematiannya.

Saat saudaranya meninggal dunia, ia melihat keringat keluar dari dahinya, dan berkata, “Allahu Akbar”. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Meninggalnya seorang Mukmin ditandai dengan keringat di dahinya.” (HR Tirmizi, Nasa’i, dan Ibn Majah).

Ketiga, meninggal dunia pada malam Jumat atau siang harinya. Tanda ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Umar RA. Dia mendengar bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim meninggal dunia pada hari Jumat atau malamnya, melainkan Allah akan melindunginya dari fitnah siksa kubur.” (HR Tirmizi).

Keempat, mati syahid. Ada lima macam mati syahid yang disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW, yakni disebabkan wabah (al-math’un), sakit perut ( al-mabthun), karam atau tenggelam (al-ghariq), tertimpa tanah runtuh (shahibul hadm), dan syahid dalam perang di jalan Allah. (HR Bukhari dan Muslim).

Itulah di antara tanda-tanda meninggal dunia secara husnul khatimah yang disebutkan oleh nabi dan rasul panutan kita, Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan kelak kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah (akhir yang baik), yakni golongan yang memperoleh hakikat kebahagiaan dan kemuliaan di sisi Allah SWT. Wallahu al-Musta’an.

Sabtu, 01 September 2012

Dalam Kitab Shahih Muslim. Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda :

"Allah Ta'ala berseru pada hari Kiamat: 'Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku, pada hari ini Aku akan menaungi mereka di bawah naungan-Ku

pada hari yang tiada naungan, kecuali hanya naungan-Ku'." (HR. Muslim)

Dalam sebuah hadist shahih lainnya disebutkan bahwa di antara tujuh macam orang yang mendapat naungan dari Allah pada hari tiada naungan kecuali hanya naungan-Nya ialah:

"Dan orang lelaki yang saling mencintai karena Allah, mereka bertemu karena Allah, dan berpisah karena Allah pula." (HR. Bukhari)

Selasa, 26 Juni 2012

SYIRIK DALAM IBADAH

          Satu hal yang paling berbahaya, yang paling bisa menjadikan seseorang murtad dari agama ini adalah syirik dalam beribadah kepada Allah, yaitu dia beribadah kepada Allah juga beribadah kepada selain-Nya.
Seperti dalam berdo’a, menyembelih, nadzar, istighotsah (minta diselamatkan dari perkara yang sulit dan membinasakan), isti’anah (memohon pertolongan) dalam perkara yang tidak mampu untuk melaksanakannya melainkan hanya Allah, berdo’a kepada mayit, istighotsah kepada kuburan, meminta pertolongan kepada orang yang telah mati, bahkan ada juga istilah-istilah yang sudah ngetrend di sekitar kita seperti “numpang”, atau “permisi” kepada pohon “keramat” atau kuburan ketika melewatinya.
Ini adalah jenis kemurtadan yang paling berbahaya dan paling besar, dan mayoritas orang yang mengaku Islam telah terjatuh padanya. Mereka beranggapan bahwa hal ini dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Allah telah berfirman:
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Alloh, maka pasti Allah mengharamkan baginya surga dan tempatnya ialah neraka.” (QS. al-Maidah: 72)
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendald-Nya. Barang siapa mempersekutukan Alloh, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. an-Nisaa: 48)
Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. an-Nisaa: 116)
Oleh karena itu, kesyirikan adalah jenis kemurtadan yang paling berbahaya, yang paling dimurkai dan tiada ampunan bagi pelakunya.
Kenapa meieka tidak mendekatkan din kepada Allah secara langsung dan meninggalkan tempat-tempat yang menyesatkan itu? Padahal hendaknya mercka mendekatkan diri kepada Allah (secara langsung), karena sesungguhnya Allah itu Maha Dekat dan memenuhi permintaan.
Kenapa mereka mendekatkan diri kepada makhluk-Nya kemudian mereka mengatakan: “Para mahluk itu mendekatkan diri kami kepada Allah.”
Apakah Alloh M itu jauh?! Apakah Allah tidak mengetahui dan tidak mendengar mahluk-Nya?! Tidak melihat apa yang mereka kerjakan?!
Ketahuilah…! Allah yang Maha Mulia dan Maha Tinggi adalah dekat dan memenuhi permintaan.
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Sesungguhnya Allah adalah dekat dan memenuhi permintaan, kenapa kalian pergi dan berdo’a kepada selain Allah?! Kemudian kalian mengatakan: hal ini bisa mendekatkan diri kami kepada Allah (hal ini seperti ucapan orang-orang musyrik yang dikisahkan Allah)
Kami tidak beribadah kepada mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (QS. az -Zumar:3)
Yakni, seolah-olah mereka (orang-orang Musyrik itu) menganggap bahwa Allah tidak mendengar dan mengetahui segala sesuatu, demikianlah syetan dari kalangan jin dan manusia menghiasi hal-hal tersebut untuk mereka dalam keadaan mereka mengaku Islam, bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan hanya Allah.
Mereka sholat dan puasa, akan tetapi mereka mencampuri amalan-amalan mereka dengan syirik besar maka mereka keluar dari agama Islam dalam keadaan mereka sholat, puasa dan haji. Orang yang melihat mereka menyangka bahwa mereka Muslimin, padahal mereka pada hakikatnya bukan Muslim.
Maka sudah sepantasnya bagi Idta semua mengetahui hal ini, bahwa syirik kepada Allah adalah dosa yang paling berbahaya dan paling besar. Bersamaan dengan bahayanya dan jeleknya syirik.
Tanpa terasa, ternyata banyak dari orang-orang yang mengaku Islam telah terjatuh padanya, mereka tidak menamainya sebagai perbuatan syirik, akan tetapi mereka menamainya dengan bertawasul atau meminta syafaat, atau mereka menamainya dengan nama-nama selain syirik.
Akan tetapi nama-nama itu tidak bisa merubah hakekat sesuatu, kalau perbuatan tersebut adalah suatu kesyirikan tetap kita katakan syirik (walaupun mereka menamainya dengan nama selain syirik). Syirik adalah jenis kemurtadan yang paling berbahaya dan paling banyak terjadi. Padahal hukum syirik ini sudah dijelaskan di dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.
Seruan dan peringatan serta ancaman dari perbuatan syirik sangat jelas sekali, tidaklah lewat satu surat di dalam al-Qur’an melainkan di dalamnya memperingatkan ummat ini dari bahaya perbuatan syirik. Dan bersamaan dengan ini mereka sebenaraya membaca al-Qur’an, akan tetapi mereka tidak menjauhi perbuatan syirik dalam kehidupannya.
Mungkin akan datang seseorang dan mengatakan: “Mereka adalah orang-orang bodoh, mereka mendapatkan udzur dengan kebodohan mereka tersebut.”
Maka kita katakan: Sampai kapan dia akan bodoh? Sedangkan al-Qur’an dibacakan, mereka menghapal al-Qur’an dan membacanya. Setiap orang yang telah sampai al-Qur’an kepadanya, maka sungguh telah tegak hujjah atasnya dan tidak ada udzur baginya.
Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisaa’: 116)
Ayat ini menunjukkan bahwa syirik adalah dosa yang paling besar, dimana Allah tidak akan mengampuni pelakunya, jika ia tidak bertaubat dari hal tersebut Firman-Nya: “Dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik).” (QS. An-Nisaa’: 48)
Dosa selain syirik seperti zina, minum khamar, mencuri, makan riba, dan lain-lain ini semua dosa-dosa selain dari syirik. Dosa-dosa ini di bawah kehendak Allah, pelakunya adalah pelaku dosa besar, dan mereka adalah orang-orang fasik, akan tetapi mereka tidak terjatuh dalam perbuatan syirik, hanya saja mereka terjatuh dalam dosa-dosa besar dan hal ini mengurangi keimanan mereka dan mereka dihukumi dengan kefasikan.
Seandainya mereka mati dan belum bertaubat maka mereka di bawah kehendak Allah. Jika Allah berkehendak maka Allah akan mengampuni mereka dengan tauhid yang ada pada mereka, dan jika Allah berkehendak maka Allah akan mengadzab mereka disebabkan dosa-dosa mereka, kemudian tempat kembali mereka adalah jannah (Surga) disebabkan tauhid yang ada pada mereka. Ini adalah tempat kembali para pelaku dosa besar selain syirik.
Syirik adalah dosa yang paling besar. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah. Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya jannah dan tempat kembalinya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzallim seorang penolong pun.” (QS. al-Maidah:72)
Ini adalah akibat di akhirat, yaitu diharamkan atasnya jannah, yakni dia terhalang untuk masuk jannah selama-lamanya. Apabila dia tidak termasuk penduduk jannah, kemana dia akan pergi? Apakah dia menjadi sesuatu yang tidak ada?! Tidak!
Tempat kembalinya adalah neraka yang dia kekal di dalamnya. Allah berfirman: “Tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun.” (Al Maidah: 72)
Yang dimaksud orang-orang dzalim adalah orang-orang musyrik. Karena syirik adalah kedzaliman, bahkan dia merupakan kedzaliman yang paling besar.
“Tidak ada bagi mereka (penolong)”, yaitu tidak ada seorang pun yang mampu mengeluarkan mereka dari neraka atau memberi syafa’at untuk mereka di sisi Allah, sebagaimana halnya pelaku dosa besar diberi syafa’at dan mereka bisa keluar dari neraka dengan syafa’at. Adapun orang-orang musyrik (maka) tidaklah bermanfaat bagi mereka syafa’at orang-orang yang memberi syafa’at.
“Dan tidak ada bagi orang-orang yang dzallim.” Yaitu orang-orang Musyrik “Teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya.” (QS. al-Mukminin: 18)
Seorang Musyrik tidaklah diterima syafa’at padanya kita berlindung kepada Allah – “Dan tempatnya adalah neraka” dan itulah sejelek-jelek tempat tinggal, tidak ada tempat tinggal baginya selain neraka selama-lamanya.
Maka dosa yang demikian bahayanya dan sangat buruk akibatnya, apakah boleh pura-pura bodoh dan tidak mengetahuinya serta kita tidak memperingatkan darinya?! Dan apabila dikatakan: “Biarkanlah manusia, biarkan para penyembab kubur, para penyembah kubah-kubah, biarkan orang-orang yang ada perkara-perkara kemurtadan padanya selama dia masih mengaku Islam, berarti ia seorang Muslim dan hadapilah orang-orang atheis.”
Maka kita katakan, “Mereka (orang-orang musyrik) lebih berbahaya daripada orang-orang atheis.”
Termasuk contoh dari perbuatan syirik adalah menyembelih untuk selain Allah, seperti menyembelih untuk jin dan kuburan.
Kita menyebutkan contoh ini karena kasus ini banyak terjadi dan manusia menganggap enteng hal tersebut, mereka menyembelih untuk selain Allah, mereka menyembelih untuk jin dalam rangka menjaga diri dari keburukan yang akan menimpa mereka, juga dalam rangka berobat dan penyembuhan.
Kebanyakan manusia menganggap enteng masalah ini, dan ini banyak terjadi, padahal ini adalah syirik besar yang bisa mengeluarkan pelakunya dari agamanya, dan ini bukan perkara yang mudah. Syetan akan berkata kepadanya:
“Sembelihlah seekor anak domba, sembelihlah seekor ayam,” Padahal orang yang menyembelih seekor lalat saja (untuk selain Allah) bisa masuk neraka, karena yang dilihat bukanlah yang disembelih, tetapi yang dilihatnya adalah aqidah (keyakinan) nya.
Manusia terlalu menganggap sepele dalam hal ini dalam hal ini, hanya sekedar ingin ditunaikan kebutuhannya, atau agar syetan memberitahunya sesuatu yang tersembunyi, atau memberitahu tentang harta yang hilang, atau yang selainnya dari perkara-perkara yang manusia bertanya kepada jin tentangnya.
Maka dengan hal itu, ia keluar dari agamanya kita berlindung kepada Allah – ia murtad dalam perkara yang ia anggap mudah, padahal perkara tersebut sangat berbahaya sekali.

Kamis, 21 Juni 2012

CARA BERSYUKUR KEPADA ALLAH SWT




Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa cara bersyukur kepada ALLAH SWT ada 4 :

1. Syukur dengan dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah dan kemurahan ALLAH.
ALLAH SWT berfirman, artinya :

Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari ALLAH. (QS. An-Nahl: 53)

Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapa pun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan da kasih sayang ALLAH sehingga terucap kalimat tsana’ (pujian) kepada-NYA.

2. Syukur dengan Lisan

Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari ALLAH, spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi ALLAH). Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap memuji ALLAH. Sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut hanyalah perantara yang ALLAH kehendaki untuk “menyampaikan” nikmat itu kepadanya.

Al pada kalimat Alhamdulillah berfungsi sebagi istighraq, yang mengandung arti keseluruhan. Sehingga kata alhamdulillah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah ALLAH SWT, bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-NYA.

Oleh karena itu, kita harus mengembalikan segala pujian kepada ALLAH. Pada saat kita memuji seseorang karena kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan kepada ALLAH SWT. Sebab, ALLAH adalah Pemilik Segala Kebaikan.

3. Syukur dengan Perbuatan

Syukur dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-NYA. Misalnya untuk beribadah kepada ALLAH, membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya. Nikmat ALLAH harus kita pergunakan secara proporsional dan tidak berlebihan untuk berbuat kebaikan.

Rasulullah saw menjelaskan bahwa ALLAH sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-NYA itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah saw bersabda,

"Sesungguhnya ALLAH senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-NYA pada hamba-NYA". (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr)

Maksud dari hadits di atas adalah bahwa ALLAH menyukai hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya. Misalnya, orang yang kaya hendaknya menampakkan hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu menampakkan ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat dsb. Maksud menampakkan di sini bukanlah pamer, namun sebagai wujud syukur yang didasaari karena-NYA. ALLAH SWT berfirman,artinya :

"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)". (QS. Adh-Dhuha: 11)

4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan

Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan. Misalnya, ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit.

Demikian pula dengan halnya dengan nikmat iman dan Islam. Kita wajib menjaganya dari “kepunahan” yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan dan lemahnya iman. Untuk itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan sholat, membaca Al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir dan berdoa. Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak iman seperti munafik, ingkar dan kemungkaran. Intinya setiap nikmat yang ALLAH berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya.

ALLAH SWT menjanjikan akan menambah nikmat jika kita pandai bersyukur, seperti pada firmannya berikut ini,

"(Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU), sungguh adzab-KU sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Doa mohon dijadikan hamba yang bersyukur....
"Rabbi aw zi’niy an asykura ni’matakallatiy an’amta ‘alayya wa’alaa waalidayya wa an a’mala shaalihan tardhaahu wa adkhilniy birahmatika fiy ‘ibadikashshaalihiin..”

“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (Q.S. An-Naml : 19)

Bekal Kehidupan


Dalam sebuah hadith, Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghifari :

"Wahai Abu Dzar,
1. Perbaharuilah perahumu, kerana lautan itu sangat dalam;
2. Carilah bekalan yang lengkap, karena perjalanan itu sangat jauh;
3. Kurangilah beban, kerana rintangan itu amatlah sukar diatasi; dan
4. Ikhlaslah dalam beramal, kerana yang menilai baik dan buruk adalah Dzat Yang Maha Melihat."
(1)Perbaharui perahumu maksudnya perbaikilah niatmu dalam setiap amalan agar engkau memperoleh pahala dan selamat dari siksa Allah s.w.t. Hanya dengan Niat yang ikhlas dapat menghubung setiap perbuatan kita kepada keredhaan Allah. Diserupakannya akhirat dengan lautan yang dalam, perjalanan yang jauh, dan rintangan yang amat sulit untuk diatasi, kerana banyaknya kesulitan dan rintangan yang mesti dilewati untuk sampai kepada kebahagiaan akhirat.
(2) Bekalan adalah Amal yang soleh, kerana tiada apapun yang diadakan di dunia ini yang mendatangkan manfaat ( sebagai bekal ) kelak di akhirat, selain perbuatan yang tidak melanggar hak orang lain dan bertujuan hanya kepada Allah s.w.t. semata-mata.
(3) Kurangilah beban, yang bermaksud janganlah mengambil dunia dengan sebanyaknya. Semua hal tentang dunia itu tidak bermanfaat bagimu ( kita ), kecuali hanya akan menjadi beban diakhirat kelak, kerana semua itu akan ditanya (a) dari mana?; (b) bagaimana?; (c) untuk apa?. Ibaratnya, sebiji paku yang kita miliki, kelak akan diminta pertanggung jawaban kita dari mana paku itu kita dapat, bagaimana paku itu kita dapatkan, dan untuk apa paku itu kita pergunakan. Dan itu bererti, semakin banyak kita mengumpul dunia, semakin banyak pula pertanggung jawaban yang harus kita tanggung kelak.
(4) Ikhlas dlam melakukan segala sesuatu . Ikhlas pokok segala amalan
 

Sabtu, 02 Juni 2012

BERANI MENCOBA


                                               
                                                       
Ada seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang
sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak
paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?" "Ha?," kata jam
terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?" "Delapan puluh
ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping
seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?" "Dalam satu jam
harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam
ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada
si jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali
setiap detik?" "Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam
dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali
setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu
dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu
tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti
ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :

Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan
yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah
menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita
anggap impossible untuk dilakukan sekalipun.

Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya.

Jumat, 13 April 2012

CIRI – CIRI MANUSIA TERBURUK DALAM ISLAM

Rasulullah SAW sebagai teladan dan contoh kita selalu memberikan ciri2 atau tanda2 tentang kriteria manusia terbaik dihadapan Allah SWT. Selain menyebutkan beberapa kriteria manusia-manusia terbaik menurut pandangan Islam, hadits-hadits Rasulullah ternyata juga memberikan tanda2 kriteria manusia-manusia terburuk. Tentu saja, maksudnya cukup jelas. Beliau mendorong kita untuk meniru kebaikan kelompok pertama, dan menjauhi keburukan kelompok kedua. Mungkin sudah cukup banyak dikupas tentang siapa saja sebaik-baik manusia (khairun-naas) itu, maka kini giliran kita mengetahui siapa saja seburuk-buruk manusia (syarrun-naas). Pertanyaannya Mengapa demikian?

Sebab, mengetahui keburukan adalah salah satu cara untuk bisa menghindarinya.
Seorang Sahabat Nabi, yaitu Hudzaifah bin Yaman pernah berkata, “Dulu orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, namun saya bertanya kepada beliau tentang keburukan, karena saya khawatir jika terjerumus ke dalamnya.”

Jadi, siapa sajakah manusia-manusia terburuk itu, sehingga kita bisa mendidik diri kita sendiri agar tidak seperti mereka?


Pertama, orang yang bermuka dua. Rasulullah bersabda, “Kalian akan mendapati seburuk-buruk manusia adalah orang-orang yang bermuka dua. Dia mendatangi kelompok yang ini dengan satu wajah, dan mendatangi kelompok lainnya dengan wajah lain pula.” (Riwayat Bukhari-Muslim, dari Abu Hurairah).

Yang dimaksud “orang bermuka dua” adalah kaum munafik. Dia tidak memiliki pendirian dan keteguhan dalam imannya. Maka, bila berkumpul dengan kaum Muslimin, seolah-olah ia bagian dari mereka. Namun, jika bersama-sama kaum kafir, bisa jadi ia lebih dahsyat kekafirannya dibanding kaum kafir itu sendiri.
Padahal, Allah mengancam kaum munafik akan dimasukkan ke dasar neraka yang terdalam.

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيراً

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. an-Nisa’: 145)

Kedua, orang yang ditakuti sesama manusia karena kejahatannya

Suatu ketika, ada seseorang yang minta izin untuk bertamu kepada Rasulullah. Tatkala melihatnya, beliau berkata, “Izinkah dia masuk. Dia ini seburuk-buruk keturunan – atau: anggota – suatu kabilah!” Tatkala dia telah masuk, ternyata Rasulullah bersikap sangat lembut dan bahkan tertawa-tawa bersamanya. Setelah ia pergi, ‘Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, Anda telah menyatakan apa yang Anda nyatakan tadi (tentang orang itu), lalu mengapa Anda berbicara secara lemah lembut kepadanya?” Beliau menjawab, “Wahai ‘Aisyah, sungguh manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah adalah seseorang yang ditinggalkan – atau: dijauhi – oleh sesamanya semata-mata mereka takut kepada kejahatannya.” (Riwayat Bukhari-Muslim, dari ‘Aisyah).

Ketiga, orang yang tidak bisa disadarkan oleh pesan-pesan Al-Qur’an. Rasulullah bersabda, “Di antara manusia yang terburuk adalah seorang pendurhaka lagi kurang ajar, yang membaca Kitab Allah namun tidak tersadarkan oleh satu pun darinya.” (Riwayat Ahmad, dengan sanad hasan).

Jadi, apakah yang bisa diharapkan dari seseorang yang tidak mempan oleh nasihat dari Allah? Hatinya telah terkunci mati, sehingga ia akan lebih sesat dibanding seekor hewan ternak sekalipun.

سَاء مَثَلاً الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا وَأَنفُسَهُمْ كَانُواْ يَظْلِمُونَ
مَن يَهْدِ اللّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَن يُضْلِلْ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيراً مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُون

“Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat- ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah [583], maka merekalah orang-orang yang merugi.”
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. Kedatangan azab Allah kepada orang-orang yang mendustakan ayat- ayat-Nya dengan cara istidraj
.” (QS. al-A’raf: 177-179)
Dalam ayat yang lain Allah Mengatakan :

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلاً

“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS: al-Furqan:44).



Ciri Manusia terburuk yang  Keempat, orang yang mengalami Hari Kiamat dan menjadikan kuburan sebagai masjid. Rasulullah bersabda, “Di antara manusia terburuk adalah mereka yang mendapati Hari Kiamat dan orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid.” (Riwayat Ibnu Hibban. Isnad-nya hasan).

Hadits ini berhubungan dengan pernyataan beliau lainnya, bahwa Hari Kiamat tidak akan terjadi kecuali jika sudah tidak ada seorang pun yang menyeru nama Allah di muka bumi. Tentu saja, zaman di mana nama Allah tidak lagi dikenal pastilah merupakan zaman terburuk, dan berisi manusia-manusia terburuk. Adapun menjadikan kuburan sebagai masjid, maka cukup banyak hadits lain yang melarangnya, di antaranya karena hal itu meniru-niru atau menyamai perbuatan kaum Yahudi dan Kristen.

Kelima, orang yang merusak akhiratnya demi meraih dunia milik orang lain.
Rasulullah bersabda, “Di antara orang yang paling buruk kedudukannya pada Hari Kiamat adalah seseorang hamba yang menghancurkan akhiratnya demi merebut dunia milik orang lain.” (Riwayat Ibnu Majah. Menurut al-Bushiri: sanad-nya hasan).

Yang dimaksud adalah orang yang membunuh sesamanya demi merampok hartanya, sehingga karena ambisi dunia itulah dia merebut hak milik orang lain dan menghancurkan akhiratnya sendiri. Atau, dia bersedia membantu orang zhalim demi meraih iming-iming duniawi, sehingga agamanya pun hancur.
Keenam, orang yang panjang umurnya, tapi jelek amal perbuatannya. Abu Bakrah bercerita, bahwa suatu kali seseorang bertanya kepada Rasulullah, “Orang seperti apakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Dia bertanya lagi, “Lalu, orang seperti apa yang paling buruk?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya, tapi jelek amal perbuatannya.” (Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih li ghairihi).
Ketujuh, orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan justru tidak bisa dirasa aman dari keburukannya. Abu Hurairah bercerita, bahwa suatu kali Rasulullah berdiri di dekat beberapa orang yang duduk-duduk, lalu bertanya, “Maukah kalian aku beritahu siapa orang terbaik dibandingkan orang terburuk di antara kalian?” Mereka pun terdiam (tidak menjawab). Beliau mengulangi pertanyaannya tiga kali, lalu ada seseorang yang menjawab, “Mau, wahai Rasulullah. Beritahu kami siapa orang terbaik dibanding orang terburuk di antara kami.” Beliau bersabda, “Yang terbaik di antara kalian adalah orang yang bisa diharapkan kebaikannya dan dirasa aman dari keburukannya. Sedangkan orang terburuk di antara kalian adalah orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan justru tidak bisa dirasa aman dari keburukannya.” (Riwayat Tirmidzi. Hadits hasan-shahih).
Wallahu a’lam

Kamis, 12 April 2012

TUJUH GOLONGAN YANG DILINDUNGI ALLAH DIHARI KIAMAT

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu.....
RASULULLAH bersabda: ”TUJUH hamba yg akan dilindungi ALLAH pd HARI QIAMAT nanti,

1. Pemimpin yg adil

2. Pemuda yg tumbuh dewasa yg hobbynya beribadah pd ALLAH padahal disaat nafsunya bergejolak

3. Hamba yg hatinya selalu terikat pd masjid, senangnya berjamaah & beraktivitas ke mesjid

4. Dua org yg saling mencintai krn ALLAH, berkumpul, berjumpa, bersahabat krn ALLAH & berpisah krn ALLAH pula

5. Seorg hamba lelaki yg dirayu oleh seorg wanita yg mempunyai kedudukan & kecantikan tetapi ia menolaknya seraya berkata ‘Aku takut kpd ALLAH"

 6. Hamba yg bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya, ikhlas krn ALLAH

 7. Hamba yg berdzikir & berdoa kpd ALLAH dlm keheningan malam, dlm kesendiriannya, dlm muhasabah dirinya lalu ia menitikkan airmatanya.” (Tafsir hadist HR. Bukhari Muslim)..

."Ya ALLAH yg Menguasai langit bumi, jadikan kami diantara tujuh golangan hamba2MU yg KAU lindungi kelak diakhirat...aamiin".