Hakekat ikhlas hanya ALLAH yg tahu,
"Sirry min asroory" rahasia diantara rahasia2Ku (Hadis Qudsi). Diantara
tanda2nya,
1. Istiqomah, terus menerus beramal ibadah ada org atau tdk
org, dipuji atau dihina,
2. Tdk geer krn pujian, tdk sakit hati krn
hinaan,
3. Pantang berkeluh kesah krn semuanya diputuskan Allah dg
rahmat, ilmu & kebijakkanNya sehingga tampak muka yg selalu senyum
ceria,
4. Baik sangka dg selalu memuji
Allah atas segala hal terjadi,
5. "Qonaah" puas bukan hanya dg ni'mat2
Allah tetapi atas segala keputusan Allah,
6. "Attawadu'" rendah hati,
7.
"Assyahiyyu" belas kasih dg kedermawan,
8. Semangatnya hanya pada yg
halal,
9. Oreintasi hidupnya akhirat,
10. Memaafkan dg mendoakan yg
menyakitinya,
11. Kalaupun dipuji ia balas dg doa, "Ya Allah ampuni
hamba dari apa yg dia tdk ketahui, jangan Kau hukum hamba krn pujiannya
& jadikan pujiannya lebih baik dari apa yg ia duga",
12. Sibuknya
asyik muhasabah diri sama sekali tdk tertarik mencari aib org lain,
13.
Hobbynya berbuat baik,
14. Wiridnya, istigfar, sholawat, "Rhodhitu
billaahi Robba wa bilislaami diina wa bi Muhammadin Nabiyya wa Rasuula",
15. Tenggelam dalam kelezatan taat,
16. Cinta dg sunnah Rasulullah ,
17, Kuat tawakkalnya,
18. Rindunya pd Allah membuat ia mudah menangis,
SubhanAllah. "Allahumma ya Allah, jadikanlah kami hamba2 yg Kau
ikhlaskan, berilah rizki teragung dg sifat ikhlas di hati, pikiran,
lisan & amal hamba, sucikan diri hamba dari sombong, riya, ujub
& semua penyakit hati...aamiin".
Sahabatku inilah diantara kriteria istri
sholehah,
1. Sgt damai hidup bersamanya krn ketaatannya kpd Allah (QS
4:34),
2. Kalau ditatap selalu menyenangkan,
3. Tdk membantah jika
diperintah suaminya dalam kebaikan & Syariat Allah,
4. Pandai
menjaga kehormatan & harta suaminya, Rasulullah bersabda, "Sebaik2
istri sholehah adalah jika ditatap menyenangkan, bila diperintah taat,
& jika suaminya pergi
Allah SWT memerintahkan kaum Muslimin untuk bersatu menjadi umat yang
kuat secara akidah dan berhubungan kemanusiaan atas dasar saling tolong
menolong, bekerjasama dalam kebajikan dan menjauhkan diri dari
meninggalkan agama Allah (QS. Ali Imran: 103).
Persatuan
tersebut didasari oleh sikap persaudaraan dan saling mencintai sesama
muslim. "Sungguh, orang-orang mukmin itu bersaudara." (QS. Al-Hujurat:
10).
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Kamu sekalian
tidak akan masuk surga, sehingga (kamu) beriman, dan kamu sekalian
tidak beriman hingga saling mencintai." (HR. Muslim).
Atas dasar
pemikiran tersebut, Allah SWT menetapkan beberapa syariat yang menjadi
wahana kaum Muslimin bersatu dan bekerjasama, semisal kewajiban shalat
Jumat, ibadah haji, dua shalat sunah hari raya dan sunahnya shalat
berjamaah.
Hal tersebut antara lain karena di dalam persatuan
terdapat kekuatan dan kemuliaan. Sedangkan di dalam perpecahan dan
persengketaan tersimpan kerapuhan dan kehinaan. Melalui kemuliaan,
kebenaran akan menempati posisi tinggi di dunia dan melalui kekuatan,
kebenaran akan terjaga dari ancaman para perusak dan tipu daya para
penipu.
Allah SWT juga mencintai orang-orang beriman yang
berjuang di jalan-Nya dalam satu kesatuan barisan, satu pemikiran dan
ketetapan hati yang sama, di mana jiwa mereka tidak terkena perselisihan
dan barisan mereka tidak tersentuh oleh benturan (QS. As-Shaff: 4).
Rasulullah
SAW sendiri sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim
bersabda, "Orang beriman, yang satu dengan lainnya seperti bangunan yang
saling menguatkan satu sama lain."
Dalam riwayat lain,
"Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam sikap saling mencintai,
lemah lembut dan kasih sayangnya bagaikan satu anggota badan, apabila
satu dari anggotanya menderita sakit, maka anggota yang lain merasakan
(pula) sakit dan demam." (HR. Bukhari-Muslim)
Sedemikian
pentingnya menjaga persatuan, Rasulullah SAW telah memperingatkan kaum
Muslimin akan bahaya perpecahan dan perselisihan serta menjelaskan
akibat dari keduanya, yang berupa kerusakan dan kehancuran. "Janganlah
kalian berselisih, karena orang-orang yang berselisih sebelum kamu
nyata-nyata telah mengalami kehancuran."
Di lain pihak, Alah SWT
mewajibkan kaum Muslimin untuk segera mencari jalan keluar jika terdapat
perselisihan di antara mereka agar keburukan yang terdapat di dalamnya
tidak tersebar luas. Allah SWT berfirman, "Dan apabila dua golongan
orang mukmin berperang, maka damaikanlah di antara keduanya." (QS.
Al-Hujurat: 9).
Dalam konteks tersebut, Allah SWT mengisyaratkan
agar kaum Muslimin menjadikan takwa sebagai pegangan utama, sehingga
rahmat Allah sampai kepada mereka, karena mereka adalah orang-orang yang
gemar berbuat kebajikan (QS. Al-Hujurat: 10).
Kaum Muslimin
tidak boleh membiarkan saudaranya berada dalam perselisihan, karena
sebagai orang yang beriman tidak akan sempurna keimanannya kecuali ia
dapat mencintai saudara seimannya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
Membiarkan perselisihan tanpa upaya menyelesaikannya akan
menghasilkan keburukan dan akibat yang fatal bukan saja bagi mereka
yang berselisih, melainkan juga bagi seluruh umat Islam.
Orang-orang
beriman juga tidak boleh menyepelekan perkara yang tampak sederhana dan
tidak penting dalam pandangan mereka, karena peperangan dimulai dengan
kata-kata dan besarnya api bermula dari percikan kecil.
Demikianlah
pentingnya memelihara persatuan dan kesatuan sehingga ia harus menjadi
perhatian bersama kaum Muslimin sebab merupakan salah satu kewajiban di
antara berbagai kewajiban lainnya. Wallahu a'lam
Setiap yang bernyawa pasti akan tiba ajalnya (QS Ali-Imran [3]:185).
Hanya saja waktu dan lokasinya adalah sebuah misteri. Manusia tidak
dapat mengetahui dan menetapkan jadwal kematian, karena ini adalah
rencana dari Allah SWT.
Kematian pula bukanlah kejadian biasa,
tapi ia adalah peristiwa besar yang menyakitkan yang ditandai dengan
terputusnya hubungan antara roh dan jasad, perubahan situasi dan adanya
peralihan dari suatu alam ke alam lain.
Kematian berlaku dengan
fenomena yang beraneka ragam, secara umum dapat dibagi kepada dua
keadaan. Pertama, meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah (akhir
hayat yang bagus).
Dan kedua, meninggal dunia dalam keadaan suul
khatimah (akhir hayat yang buruk). Keadaan yang pertama menunjukkan
suatu gambaran bahwa nasib yang akan dialami oleh si mayat setelah
kematiannya akan bahagia.
Sebaliknya, keadaan yang kedua
menggambarkan keburukan yang bakal dialaminya. Bagi orang yang meninggal
dalam keadaan husnul khatimah mempunyai tanda-tanda tertentu yang
sepatutnya diketahui oleh setiap individu, terutama kalangan umat Islam.
Tanda-tanda tersebut, di antaranya sebagai berikut. Pertama,
mengucapkan kalimat tauhid (syahadah). Nabi SAW bersabda, “Barang siapa
yang di akhir hayatnya mengucapkan la ilaha illallah (tidak ada Tuhan
yang berhak untuk disembah, kecuali Allah SWT), maka ia masuk surga.”
(HR Abu Dawud).
Kedua, dahi atau keningnya berkeringat. Sebuah
riwayat dari Buraidah bin Hashib RA, dia berada di Khurasan. Lalu,
saudaranya kembali kepadanya dalam keadaan sakit sehingga ia sempat
menyaksikan kematiannya.
Saat saudaranya meninggal dunia, ia
melihat keringat keluar dari dahinya, dan berkata, “Allahu Akbar”. Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Meninggalnya seorang Mukmin ditandai
dengan keringat di dahinya.” (HR Tirmizi, Nasa’i, dan Ibn Majah).
Ketiga,
meninggal dunia pada malam Jumat atau siang harinya. Tanda ini
didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Umar RA. Dia
mendengar bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim meninggal
dunia pada hari Jumat atau malamnya, melainkan Allah akan melindunginya
dari fitnah siksa kubur.” (HR Tirmizi).
Keempat, mati syahid.
Ada lima macam mati syahid yang disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW, yakni
disebabkan wabah (al-math’un), sakit perut ( al-mabthun), karam atau
tenggelam (al-ghariq), tertimpa tanah runtuh (shahibul hadm), dan syahid
dalam perang di jalan Allah. (HR Bukhari dan Muslim).
Itulah di
antara tanda-tanda meninggal dunia secara husnul khatimah yang
disebutkan oleh nabi dan rasul panutan kita, Nabi Muhammad SAW.
Mudah-mudahan kelak kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang
meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah (akhir yang baik), yakni
golongan yang memperoleh hakikat kebahagiaan dan kemuliaan di sisi Allah SWT. Wallahu al-Musta’an.
Dalam Kitab Shahih Muslim. Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Allah Ta'ala berseru pada hari Kiamat: 'Dimanakah orang-orang yang
saling mencintai karena keagungan-Ku, pada hari ini Aku akan menaungi
mereka di bawah naungan-Ku
Dalam sebuah hadist shahih lainnya disebutkan bahwa di antara tujuh
macam orang yang mendapat naungan dari Allah pada hari tiada naungan
kecuali hanya naungan-Nya ialah:
"Dan orang lelaki yang saling
mencintai karena Allah, mereka bertemu karena Allah, dan berpisah karena
Allah pula." (HR. Bukhari)